Industri Gim Tiongkok

Penghasilan game di Tiongkok diperkirakan US$ 40,85 miliar atau sejumlah Rp 600,9 triliun tahun ini, berdasar data Newzoo. Sebagian besar didapatkan dari customer di beberapa kota kecil.

Tiongkok mengklasifikasikan kotanya ke 5 jenjang atau tier. Beijing yang disebut ibukota serta Shenzhen pusat industri, masuk tier 1 serta 2.

Sedang kota seperti Anshan, Mianyang, serta Zhanjiang termasuk tier 3 serta 4. Biasanya, tingkat komunitas serta ukuran ekonomi di daerah ini kecil.

“Selingan di beberapa kota kecil semakin sedikit dibanding di Beijing serta Shanghai,” kata Pendiri serta Presiden Niko Partners Lisa Cosmas Hanson. Akhirnya, pemain di daerah ini tidak mempermasalahkan ada iklan ketika bermain game online.

Uang yang dikeluarkan beberapa pemain di beberapa kota itu memang kecil, bila dihitung per kota. Tetapi bila dipadukan, banyaknya jadi besar. Berdasar data GrupM, capaian internet di daerah tier 3 serta 4 capai 89% di 2016.

Morgan Stanley dalam laporannya memprediksi, beberapa kota kecil di Tiongkok berperan 2 pertiga dari kenaikan konsumsi nasional sepanjang 2017 sampai 2030. Di lain sisi, Negeri Panda memberi 25% pasa game global.

Disamping itu, penelitian Nicko Mitra menulis jika pemain game di Tiongkok habiskan semakin banyak saatnya untuk bermain. Lebih dari 18% warga habiskan 30 jam bertambah per minggu.

Semakin banyak warga di Negeri Gorden Bambu yang menghibur diri lewat service online. Berdasar survey Nicko, 91,8% melihat film dengan online, sesaat 45,2% ke bioskop. Lalu, 86,8% belanja online serta cuman 68,9% yang ke pasar atau mal.

Nilai pengeluaran itu bertambah 41% dibandingkan masa yang serupa tahun kemarin (year on year/yoy). Salah satunya unsur penggeraknya yaitu wabah Covid-19.

“Wabah corona percepat digitalisasi langkah hidup warga. Tencent benar-benar masak dalam memonetisasi produknya sekarang ini,” kata Riset China Renaissance Alex Liu diambil dari Reuters, Mei lalu (13/5).